Halaman

Kamis, 08 Juli 2021

Menelusuri Makna


Kehidupan dunia ini penuhlah dengan tanda tanya. Terkadang seperti circle (lingkaran) yang akan saling bertemu dan menemukan satu sama lain melalui prosesnya seperti halnya arena balapan MotoGP. Terkadang seperti tanggulan tinggi, yang ketika melaluinya kudu sangat hati-hati, perlahan-lahan agar dapat sampai tujuan dengan selamat. Terkadang seperti tanggulan kecil yang berbaris 3 atau 4, melaluinya dengan cukup hati-hati supaya tidak ada getaran yang akan merasakan dampaknya setelah melewati jalan tersebut. Terkadang seperti tanjakan yang panjang melaluinya butuh dengan perjuangan untuk sampai ke puncaknya, berhenti sejenak lalu melanjutkan perjalanan itu bukan mundur lalu kembali karena tidak kuat untuk mendakinya. Terkadang seperti turunan yang panjang dengan penuh lika-liku, melaluinya harus dengan super kehati-hatian, supaya tidak menerobos pembatas jalan dan terjun ke jurang kehidupan.

Semua itu memerlukan proses yang tidak mudah. Bukan hanya modal niat dan berani saja. Namun, harus dengan penuh ikhtiar (usaha) dan do'a juga dengan keistiqomahan yang dimana iman kita akan di uji untuk sampai ke Jannah-Nya untuk mendapatkan ridho-Nya. Keteguhan iman dan hati dengan mencoba Istiqomah dalam berhijrah untuk senantiasa bertaqwa kepada Allāh Subhanahu Wa Ta'ala. Itulah yang pernah diperjuangkan oleh salah satu Sahabat Terbaik Nabi Muhammad Shalallahu'Alaihi Wasallam, yakni Bilal ibn Rabah (بلا بن رباح) yang dimana keteguhan hati dan keimanannya di uji oleh Allāh Ta'ala. Di saat tubuhnya di tindih oleh sebongkah batu besar dan sedikit ditindih, beliau meringis kesakitan sampai ditawarin untuk meninggalkan keislamannya. Namun, keteguhan hati dan imannya yang sejak lama sudah tertanam dalam dirinya, tidak mengurungkan dirinya untuk terus mengucapkan kalimat Ahadun Ahad.. Ahadun Ahad.. membuat langit pada saat itu menjadi mendung, angin berhembus kencang. Menandakan azab Allah untuk orang-orang kafir Quraisy pada saat itu, akan tetapi pada akhirnya Umayyah bin Khalaf tuan dari Bilal menerima tawaran Abu Bakar yang membeli Bilal bin Rabah demi untuk memerdekakan Bilal bin Rabah dari perbudakan manusia-manusia jahiliah.

Dalam sebuah hadits shahih yang dinukil dari kitab Riyadhus Sholihin karya imam Nawawi, kitab Al-Fadhail :
Bilal masuk surga dan suara sandalnya sudah terdengar di surga karena ia terus rutinkan shalat sunnah setelah wudhu.

Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi, Kitab Al-Fadhail


بَابُ اسْتِحْبَابِ رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الوُضُوْءِ
209. Bab Sunnahnya Shalat Dua Rakaat Setelah Wudhu

Hadits #1146


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَالَ لِبِلاَلٍ: «يَا بِلاَلُ، حَدِّثْنِي بِأَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ فِي الإِسْلاَمِ، فَإنِّي سَمِعْتُ دَفَّ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ في الجَنَّةِ» قَالَ: مَا عَمِلْتُ عَمَلًا أَرْجَى عِنْدِي مِنْ أَنِّي لَمْ أَتَطَهَّرْ طُهُوْرًا فِي سَاعَةٍ مِنْ لَيْلٍ أَوْ نَهَارٍ إِلاَّ صَلَّيْتُ بِذَلِكَ الطُّهُورِ مَا كُتِبَ لِي أَنْ أُصَلِّ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ،وَهَذَا لَفْظُ البُخَارِي.
«الدَّفُّ» بِالفَاءِ: صَوْتُ النَّعْلِ وَحَرَكَتُهُ عَلَى الأَرْضِ، واللهُ أعْلَم.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Bilal, “Wahai Bilal, ceritakanlah kepadaku tentang satu amalan yang engkau lakukan di dalam Islam yang paling engkau harapkan pahalanya, karena aku mendengar suara kedua sandalmu di surga.” Bilal menjawab, “Tidak ada amal yang aku lakukan yang paling aku harapkan pahalanya daripada aku bersuci pada waktu malam atau siang pasti aku melakukan shalat dengan wudhu tersebut sebagaimana yang telah ditetapkan untukku.” (Muttafaqun ‘alaih. Lafal hadits ini adalah milik Bukhari) [HR. Bukhari, no. 443 dan Muslim, no. 715]. Ad-daffu adalah suara sandal dan gerakannya di atas tanah, wallahu a’lam.

Faedah Hadits


1. Amalan yang dilakukan sembunyi-sembunyi lebih utama dari amalan yang dilakukan terang-terangan.
2. Hadits ini menunjukkan anjuran untuk melakukan shalat sunnah setelah wudhu.
3. Hadits ini menunjukkan ada amalan kecil berpahala besar.
4. Allah yang memperbesar balasan suatu amalan setelah Allah mempermudah hamba untuk beramal.
5. Boleh bertanya pada orang saleh tentang amalan dia yang istimewa sehingga bisa dicontoh.
6. Boleh seorang guru bertanya pada muridnya tentang suatu amalan supaya memotivasinya untuk terus beramal jika itu amalan baik, atau bisa jadi dilarang jika itu amalan jelek.
7. Hadits ini menunjukkan keutamaan sahabat Bilal.
8. Dianjurkan untuk menjaga wudhu.
9. Masuk surga itu dengan rahmat Allah, sedangkan derajat di surga sesuai amalan hamba.
10. Surga dan neraka adalah makhluk Allah yang sudah ada saat ini.
11. Shalat sunnah wudhu bisa dilakukan di waktu terlarang sekali pun.
12. Shalat sunnah wudhu bisa diniatkan dengan shalat rawatib atau non-rawatib, yang penting mengerjakan dua rakaat setelah wudhu.

Keutamaan Shalat Sunnah Wudhu Lainnya


Dari ‘Uqbah bin ‘Amir Al-Juhaniy radhiyallahu ‘anhu,ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُحْسِنُ الْوُضُوءَ وَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ يُقْبِل بِقَلْبِهِ وَوَجْهِهِ عَلَيْهِمَا إِلاَّ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ

“Tidaklah seseorang berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, lalu shalat dua rakaat dengan sepenuh hati dan jiwa melainkan wajib baginya (mendapatkan) surga.” (HR. Muslim, no. 234)

Dari Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ لَا يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang berwudhu seperti wudhuku ini kemudian berdiri melaksanakan dua rakaat dengan tidak mengucapkan pada dirinya (konsentrasi ketika shalat), maka dia akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari, no. 160 dan Muslim, no. 22)

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, “Di dalamnya ada anjuran shalat dua rakaat setelah berwudhu.”

Yang dianjurkan adalah melaksanakan langsung setelah berwudhu.

Imam Nawawi rahimahullah berkomentar, “Dianjurkan dua rakaat setelah wudhu karena ada hadits shahih tentang itu.” (Al-Majmu Syarh Al-Muhadzab, 3:376)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Dianjurkan shalat dua rakaat setelah berwudhu meskipun pada waktu yang dilarang untuk shalat, hal itu dikatakan oleh Syafi’iyyah.” (Al-Fatawa Al-Kubra, 5:345)

Zakariya Al-Anshari dalam kitab ‘Asna Al-Mathalib (1:44) mengatakan, “Dianjurkan bagi yang berwudhu, shalat dua rakaat setelah wudhu pada waktu kapan pun.”


Dari tulisan ini semoga kita dapat memahaminya, yang penulis (saya) menyusun dari berbagai sumber dan artikel serta kitab-kitab dan dari perspektif diri saya sendiri, yang saya ambil dari kisah nyata pribadi maupun orang-orang sekitar.

Semoga bermanfaat.


Referensi:
Al-Ajru Al-Kabir ‘ala Al-‘Amal Al-Yasir. Cetakan pertama, Tahun 1415 H. Muhammad Khair Ramadhan Yusuf. Penerbit Dar Ibnu Hazm.
Al-Majmu’ Syarh Al-Muadzdzab li Asy-Syairazi. Cetakan kedua, Tahun 1427 H. Abu Zakariyya Yahya bin Syarf An-Nawawi. Penerbit Dar ‘Alam Al-Kutub.
Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
Kunuz Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Prof. Dr. Hamad bin Nashir bin ‘Abdurrahman Al-‘Ammar. Penerbit Dar Kunuz Isbiliyya.

Disusun di #darushsholihin, 27 Rajab 1440 H (3 Maret 2019, Rabu sore)

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal


Sumber https://rumaysho.com/20116-suara-sandal-bilal-dan-shalat-sunnah-wudhu.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah memberikan komentarnya yang baik.